Inilah sejatar dari istilah Kolase. Kolase dapat dikatakan muncul, yaitu setelah perang dunia pertama, dan pada awalnya terjadi di bidang fotografi. Tetapi, kolase ini baru mulai mendapatkan perhatian yang serius bagi para seniman ketika terjadi gerakan kreativitas yang baru di Berlin, Jerman, yang dikenal dengan gerakan Dada.
Para aktivis Dada, di antaranya John Heartfield, Hannah Höch, Johannes Baader, Raoul Hausmann, dan George Grosz, mengupayakan pencarian sebuah makna sekaligus alat ekspresi yang baru (means of expression). Mereka menolak untuk hanyut dalam arus abstraksi, tetapi juga tidak begitu saja kembali pada tradisi lukisan figuratif. Dan kolase adalah salah bentuk karya yang sering digunakan oleh para aktivis Dada itu dalam mengungkapkan keyakinan-keyakinan mereka.
Dada selalu mengenai perlawanan atas keadaan yang mapan (status quo). Dalam pandangan para aktivis Dada, status quo telah menciptakan perang yang paling menghancurkan dalam sejarah Eropa. Para aktivis Dada juga menolak kemapanan dalam bidang seni yang berwujud status seniman. Untuk hal itu, salah seorang aktivis Dada Hannah Höch pernah mengatakan bahwa “…Kami menyebutnya fotomontase karena ia merefleksikan keengganan kami untuk menyatakan diri sebagai seniman. Kami menganggap diri kami sebagai insinyur, kami mengelolanya sehingga kami membangun sesuatu, kami bilang bahwa kami meletakkan karya-karya kami bersama seperti tukang rakit.”
Kolase yang lahir bersama dengan gerakan Dada, secara perlahan mengalami kemunduran. Setelah mengalami mati suri beberapa tahun lamanya, akhirnya kolase muncul lagi kepermukaan pada tahun 1960-an. Beberapa seniman yang berhubungan dengan gerakan pop art mulai menggunakan foto-foto dan tulisan majalah untuk menciptakan bentuk kolase dalam menyampaikan ide-ide mereka. Kebangkitan punk di Inggris juga ikut menyumbang kembalinya kolase ke pentas seni dunia, dan salah satu kolase punk yang cukup terkenal hingga detik ini dapat dilihat pada kolase “God Save the Queen” yang dibuat oleh Jamie Reid pada tahun 1977 untuk band Sex Pistols.
Kebangkitan yang penting selanjutnya dalam penggunaan kolase di Eropa berkaitan dengan gerakan politik antinuklir di tahun 1980-an. Banyak karya yang dirancang untuk digunakan dalam spanduk atau poster demonstrasi gerakan antinuklir itu. Peter Kennard dan Klaus Staeck adalah 2 (dua) nama yang dapat disebut berkaitan dengan kebangkitan kolase di tahun 1980-an. Keduanya telah banyak menghasilkan kolase yang politis. Klaus Staeck bahkan dapat dianggap sebagai penerus tradisi kolase Heartfield dari gerakan Dada, karena banyak kolasenya yang berbentuk single image with caption menyertakan tulisan kalimat kritik politis yang cerdas. Dalam gerakan Dada, memang Heartfield menjadi semacam pelopor dari bentuk kolase single image with caption. Berkaitan dengan bentuk kolase single image with caption, Heartfield menganggap bahwa tulisan dan gambar dapat saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk menghadirkan sindiran visual yang masuk akal.
Saat era modern dumulai Kolase menjadi lebih luas dengan Photoshop khususnya dalam seni fotografi.
Para aktivis Dada, di antaranya John Heartfield, Hannah Höch, Johannes Baader, Raoul Hausmann, dan George Grosz, mengupayakan pencarian sebuah makna sekaligus alat ekspresi yang baru (means of expression). Mereka menolak untuk hanyut dalam arus abstraksi, tetapi juga tidak begitu saja kembali pada tradisi lukisan figuratif. Dan kolase adalah salah bentuk karya yang sering digunakan oleh para aktivis Dada itu dalam mengungkapkan keyakinan-keyakinan mereka.
Dada selalu mengenai perlawanan atas keadaan yang mapan (status quo). Dalam pandangan para aktivis Dada, status quo telah menciptakan perang yang paling menghancurkan dalam sejarah Eropa. Para aktivis Dada juga menolak kemapanan dalam bidang seni yang berwujud status seniman. Untuk hal itu, salah seorang aktivis Dada Hannah Höch pernah mengatakan bahwa “…Kami menyebutnya fotomontase karena ia merefleksikan keengganan kami untuk menyatakan diri sebagai seniman. Kami menganggap diri kami sebagai insinyur, kami mengelolanya sehingga kami membangun sesuatu, kami bilang bahwa kami meletakkan karya-karya kami bersama seperti tukang rakit.”
Kolase yang lahir bersama dengan gerakan Dada, secara perlahan mengalami kemunduran. Setelah mengalami mati suri beberapa tahun lamanya, akhirnya kolase muncul lagi kepermukaan pada tahun 1960-an. Beberapa seniman yang berhubungan dengan gerakan pop art mulai menggunakan foto-foto dan tulisan majalah untuk menciptakan bentuk kolase dalam menyampaikan ide-ide mereka. Kebangkitan punk di Inggris juga ikut menyumbang kembalinya kolase ke pentas seni dunia, dan salah satu kolase punk yang cukup terkenal hingga detik ini dapat dilihat pada kolase “God Save the Queen” yang dibuat oleh Jamie Reid pada tahun 1977 untuk band Sex Pistols.
Kebangkitan yang penting selanjutnya dalam penggunaan kolase di Eropa berkaitan dengan gerakan politik antinuklir di tahun 1980-an. Banyak karya yang dirancang untuk digunakan dalam spanduk atau poster demonstrasi gerakan antinuklir itu. Peter Kennard dan Klaus Staeck adalah 2 (dua) nama yang dapat disebut berkaitan dengan kebangkitan kolase di tahun 1980-an. Keduanya telah banyak menghasilkan kolase yang politis. Klaus Staeck bahkan dapat dianggap sebagai penerus tradisi kolase Heartfield dari gerakan Dada, karena banyak kolasenya yang berbentuk single image with caption menyertakan tulisan kalimat kritik politis yang cerdas. Dalam gerakan Dada, memang Heartfield menjadi semacam pelopor dari bentuk kolase single image with caption. Berkaitan dengan bentuk kolase single image with caption, Heartfield menganggap bahwa tulisan dan gambar dapat saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk menghadirkan sindiran visual yang masuk akal.
Saat era modern dumulai Kolase menjadi lebih luas dengan Photoshop khususnya dalam seni fotografi.